Beberapa Teori kependudukan dalam Menunjang Suatu Analisa Kependudukan
Berdasarkan beberapa catatan kependudukan dunia, sejak tahun 1650 laju pertumbuhan penduduk dunia meningkat dengan cepat, terutama di negara-negara eropa, USA, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, dalam 2 abad jumlah penduduk bertambah 3 kali lipat. Misalnya pada tahun 1650 jumlah penduduk berjumalah 113 juta jiwa dan pada tahun 1850 menjadi 325 juta jiwa.
Untuk Asia dan Afrika dalam jangka waktu yang sama jumlah penduduk menkadi 2 kali lipat, misalnya pada tahun 1650 jumlah penduduk 430 juta dan pada tahun 1859 menjadi 844 juta jiwa.
Dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dunia menyebabkan jumlah penduduk menigkat dengan cepat dan dibeberapa bagian dunia telah terjadi kemiskinan dana kekurangan pangan. Sehingga muncullah para ahli kependudukan yang membedakan dalam 3 kelompok aliran, yaitu :
A. ALIRAN MALTHUSIAN (Thomas Robert Malthus)
Robert Malthus ini mengemukakan beberapa pendapat tentang kependudukan, yaitu :
Penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan akan berkembang biak dengan sangat cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi.
Manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan makanan jauh lebih lambat (deret hitung) dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (deret ukur)
Menurut aliran ini pembatasan pertumbuhan penduduk dapat dilakukan dengan 2 cara :
1. Preventif Checks (pengekangan diri)
* Moral restraint (pengekangan diri)
- mengekang nafsu seks
- tunda kawin
* Vice atau Kejahatan (pengurangan kelahiran)
- pengguguran kandungan
- homoseksual
2. Positive Checks (lewat proses kelahiran)
* Vice atau kejadian (pencabutan nyawa)
- bunuh anak-anak
- bunuh orang cacat
- bunuh orang tua
* Misery (kemelaratan)
- Epidemi
- bencana alam
- peperangan
- kekurangan makanan
Kritik terhadap teori Malthus
Malthus tidak memperhitungkan hal-hal sebagai berikut :
kemajuan bidang transportasi yang dapat menghubungkan satu daerah dengan daerah lain sehingga distribusi makana dapat berjalan
kemajuan bidang teknologi, terutama bidang pertanian
Usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan yang sudah menikah
fertilitas akan menurun apabila perbaikan ekonomi dan standar hidup penduduk dinaikkan.
B. ALIRAN MARXIST (Karl & F. Angel)
Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan makanan).
Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis)
Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.
(kedua aliran ini memiliki pendukung yang sama banyak)
negara2 yang mendukung teori Malthus umumnya adalah negara berekonomi kapitalis seperti USA, Inggrism Prancis, Australia, Canada, dll
Sedangkan negara-negara yang mendukung teori Marxist umumnya adalah negara-negara berekon0mi Sosialist seperti Eropa Timur, RRC, Korea, Rusia dan Vietnam.
C. ALIRAN NEO-MALTHUSIAN (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)
Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini menyokong aliran Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan untuk mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara-cara “Preventif Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi.
Tahun 1960an dan 1970an foto-foto telah diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan bumi terlihat seperti sebuah kapal yang berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan makanan tersebut sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.
MASALAH PENYEBARAN PENDUDUK
Masalah migrasi penduduk di Indonesia menjadi salah satu tidak meratanya kependudukan di Indonesia. Mobilitas antar pulau didominasi mobilitas penduduk di Pulau Jawa. Dapat dimaklumi bahwa Pulau Jawa sebagai tujuan utama para migran, karena di Pulau Jawa merupakan pusat perekonomian, pusat pendidikan, pusat pemerintahan dan pusat kegiatan sosial ekonomi lainnya. Migran terbesar yang masuk ke Pulau Jawa berasal dari Sumatera, karena Pulau Sumatera secara geografis berdekatan dengan Pulau Jawa dan sistim transportasi yang menghubungkan kedua pulau ini lebih bervariasi dan lebih banyak frekuensinya dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya.
Pola mobilitas di Jawa masih sangat besar. Di Jawa Timur jumlah pendatang
masih didominasi migran sekitarnya terutama Jawa Tengah. Keadaan ini menunjukan bahwa pekembangan mobilitas terjadi karena peningkatan peranan lalu lintas di Pulau Jawa dan Sekitarnya termasuk Lampung, Sumatera Selatan sebagai akibat pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Sedang migran yang keluar dari Jawa Timur mayoritas menuju wilayah Indonesia Barat terutama Sumatera dan daerah pusat pertumbuhan ekonomi seperti Jakarta.
Selain migrasi ada juga yang menyebabkan tidak meratanya penyebaran penduduk seperti urbanisasi. Urbanisasi pada dasarnya adalah pertumbuhan penduduk perkotaan yang
disebabkan perpindahan dari desa ke kota, dari kota ke kota, serta akibat proses
perluasan wilayah perkotaan (Reklamasi).
Permasalah yang Timbul :
Pertumbuhan penduduk perkotaan selalu menunjukan peningkatan yang terus menerus, hal ini disebabkan pesatnya perkembangan ekonomi dengan perkembangan industri, pertumbuhan sarana dan prasarana jalan perkotaan.Upaya Pencegahan:
Pertumbuhan penduduk di perkotaan periode 1971-1980 jauh lebih pesat dibandingkan dengan periode 1980-1990, hal ini disebabkan periode 1971-1980 pertumbuhan ekonomi masih terpusat didaerah perkotaan, sehingga penduduk banyak pindah ke perkotaan untuk memperoleh penghidupan yang lebih layak. Pada periode 1980-1990 pemeratan pembangunan mulai terasa sampai ke daerah pedesaan. Keadaan ini memungkinkan penduduk tidak lagi membangun daerah perkotaan, akan tetapi cendrung menciptakan lapangan pekerjaan sendiri di pedesaan.
Sejalan dengan arah pembangunan yang diharapkan persentase penduduk perkotaan cendrung meningkat. Proyeksi yang diharapkan ada peningkatan dari 31,10 persen tahun 1990 menjadi 41,46 % pada tahun 2000. Menurut Prigno Tjiptoheriyanto upaya mempercepat proses pengembangan suatu daerah pedesaan menjdadi daerah perkotaan yang disesuaikan dengann harapan dan kemampuan masyarakat setempat. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan jumlah penduduk yang berminat tetap tinggal di desa. Yang perlu diusahakan perubahan status desa itu sendiri, dari desa "desa rural" menjadi "desa urban". Dengan demikian otomatis penduduk yang tinggal didaerahnya menjadi "orang kota" daalam arti statistik (Surabaya Post, 23 September 19996). Guna menekan derasnya arus penduduk dari desa ke kota, maka pola pembangunan yang beroreantasi pedesaan perlu digalakan dengan memasukan fasilitas perkotaan ke pedesaan, sehingga merangsang kegiatan ekonomi pedesaan.
Di Indonesia tampak penumpukan jumlah penduduk pada usia muda jiwa, yang mana pada usia tersebut belum produktif masih tergantung pada orang-orang lain terutama keluarga. Masalah-masalah yang dapat timbul akibat keadaan demikian adalah :
- Aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Banyaknya beban tanggungan yang harus dipenuhi biaya hidupnya oleh sejumlah manusia produktif yang lebih sedikit akan mengurangi pemenuhan kebutuhan ekonomi dan hayat hidup.
- Aspek pemenuhan gizi. Kemampuan ekonomi yang kurang dapat pula berakibat pada pemenuhan makanan yang dibutuhkan baik jumlah makanan (kuantitatif) sehingga dampak lebih lanjut adalah adanya rawan atau kurang gizi (malnutrition).
- Aspek Pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga diperlukan dukungan kemampuan ekonomi semua termasuk orang tua. Apabila kemampuan ekonomi kurang mendukung maka fasilitas pendidikan juga sukar untuk dipenuhi yang mengakibatkan pada kualitas pendidikan tersebut kurang.
- Lapangan Kerja. Penumpukan jumlah penduduk usia muda atau produktif memerlukan persiapan lapangan kerja masa mendatang yang lebih luas. Hal ini merupakan bom waktu pencari kerja atau penyedia kerja. Apabila tidak dipersiapkan SDMnya dan lapangan kerja akan berdampak lebih buruk pada semua aspek kehidupan.
MASALAH AKIBAT ANGKA KEMATIAN
Selama hampir 20 tahun terakhir, Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunan sebesar 51,0 pada periode 1967-1986. Selama 9 tahun terjadi penurunan sebesar 24,8 persen atau rata-rata 2,8 persen per tahun. Berdasarkan SP90, AKB tahun 1986 diperkirakan sebesar 71 per 1000 kelahiran yang menunjukan penurunan sebesar 34,9 persen selama 10 tahun terakhir atau 3,5 persen pertahun (Trend Mortalitas, 66).
Pemecahan masalah angka kelahiran dan kematian :
a) Kelahiran
Angka kelahiran perlu ditekan melalui :
- Partisipasi wanita dalam program KB.
- Tingkat pendidikan wanita wanita mempengaruhi umur kawin pertama dan penggunaan kontrasepsi.
- Partisipasi dalam angkatan kerja mempunyai hubungan negatif dengan fertilitas
- Peningkatan ekonomi dan sosial.
b) Kematian
Angka kematian perlu ditekan :
- Pelayanan kesehatan yang lebih baik
- Peningkatan gizi keluarga
- Peningkatan pendidikan (Kesehatan Masyarakat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar